26 Agustus 2011

SELAMAT IDUL FITRI


Ramadhan segera pergi, Idul Fitri telah menanti.

Harapan jiwa kan bersua kembali masa-masa penuh berkah bulan mulia.

Impian hati kini adalah kembali fitri nan abadi.

Taqobbalalloh minna wa minkum

Selamat Idul Fitri 1432H 


25 Agustus 2011

THE MIRACLE OF IKHLAS

Memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan selalu menjadi momen khusus bagi keluarga kami, terutama Umah dan Abah.
Selalu hari-hari istimewa itu kami lalui dengan i'tikaf: Abah, Umah, dan seorang anak terkecil yang masih menyusui (sebab kalau semua ikut, malah akan repot ngurus anak daripada sibuk menjaring lailatulqadar, anak2 Umah dan Abah kan masih balita yang perlu banyak perhatian dan bantuan alias belum bisa mengurus diri sendiri).


Tapi Ramadhan tahun ini agak berbeda.
Abah beri'tikaf di Bogor, sementara Umah dan anak-anak 'mudik' lebih awal ke rumah Nenek di Bandung.

Sehari dua hari menghabiskan waktu di rumah Nenek terasa sangat menyenangkan.
Apalagi anak-anak 'sangat dimanjakan' dengan dapat sepuasnya nonton dan main game, wah...senangnya.  Kalau di rumah kan sangat dibatasi.

Umah juga jadi khawatir, apalagi Abah selalu pesan agar kegiatan anak-anak selalu diagendakan, jangan dibiarkan semaunya mereka saja.  Lebih-lebih ketika 'gejala-gejala' tak baik mulai terlihat.  Anak-anak mulai malas mengaji yang biasa mereka lakukan selepas sahur dan menjelang maghrib.  Waktunya sholat juga mereka sulit beranjak dari depan layar monitor.  Umah jadi prihatin.

Lalu Umah berinisiatif mengajak mereka 'jalan-jalan' ke masjid Habiburahman PT. Dirgantara Indonesia, tempat biasanya Abah dan Umah i'tikaf.  Abah pun mengijinkan dan setuju bahwa anak-anak, terutama Teh Ami dan A Azzam perlu disuguhi variasi kegiatan liburan.  Di samping itu, Umah juga berharap semangat beribadah mereka bangkit kembali setelah 'menengok' teman-teman sebaya mereka yang berkesempatan beri'tikaf bersama orangtua mereka di sana.

Singkat cerita, berangkatlah kami ke sana: Umah, Teh Ami dan A Azzam.  Kang Ghaza, Bang Faiz dan De Azka tinggal bersama Nenek.

Awalnya Umah sangat khawatir saat Teh Ami tidak mau ikut karena sedang asyik nonton.  Umah terpaksa agak memaksanya.  Jadinya berangkat juga sih, tapi dengan wajah merengut.  Umah jadi ga enak hati melihatnya.

Sepanjang jalan Umah berdoa dalam hati, semoga perjalanan ini menjadi menyenangkan dan berkesan.
Umah mohon dimudahkan dan dilancarkan perjalanannya.  Sebab, sesaat sebelum berangkat saat itu Umah belum memutuskan akan menggunakan transportasi umum apa menuju ke sana.  Mang Wahyu tidak bisa mengantar karena motornya juga tidak ada.  Ada banyak pilihan: pakai kereta, angkot, bis kota, atau TMB (trans metro bandung).  Umah hanya minta perjalanan yang 'menyenangkan' untuk Teh Ami dan A Azzam.

Sampai di bunderan Cibiru, kami memilih naik bis damri yang sudah siap berangkat.  Hati Umah agak lega karena A Azzam tampak mulai menikmati perjalanan dalam bis sepanjang jalan Soekarno-Hatta yang lurus itu.  Teh Ami masih tak buka suara.  Tapi sebenarnya itu mah normal.  Memang biasanya seperti itu.  A Azzam akan mengomentari apa saja yang dilihatnya, sementara Teh Ami akan diam seribu bahasa selama berkendaraan.

Sampai di bunderan Sudirman, kami turun dari bis lalu nyambung dengan dua kali angkot menuju Husen.  Tiba di perempatan patung Rd. Husen Sastranegara kami baru saja turun dari angkot saat sebuah pesawat melintas sangat rendah, baru tinggal landas dari bandara.  Spontan A Azzam bersorak gembira dapat melihat pesawat sedekat itu (di Sukabumi kan jarang sekali ada pesawat melintas, kalaupun ada terlihat kecil karena sangat tinggi dan jauh).  Teh Ami pun ikut terlonjak.

Memasuki area PT. DI menuju masjid, kami melintasi hanggar pesawat.  Kali ini Teh Ami ikut menunjuk beberapa pesawat yang tengah parkir di sana.  Wah, ramainya... (maklum, jarang-jarang lihat pesawat dari dekat).  Dan wah... senangnya hati Umah melihat keduanya tampak senang kini.

Tiba di halaman masjid menjelang dzuhur, kembali mereka dibuat 'surprise': di sana banyak berdiri tenda aneka warna dan ukuran.  Tenda-tenda itu adalah milik jamaah i'tikaf yang membawa keluarganya.  Langsung saja mereka 'berebut' memilih tenda yang mereka suka.  Ternyata pilihan mereka sama-sama tertuju pada sebuah tenda besar warna jingga.  Sepertinya mereka menyadari saudara mereka banyak dan tenda itu akan muat untuk semua anggota keluarga: Umah, Abah dan kelima anaknya.  Semakin senang hati Umah melihat keduanya tampak mulai menikmati suasana masjid.

Selesai melaksanakan sholat dzuhur berjamaah, Umah menemani mereka menuju perpustakaan di samping kiri masjid.  Lagi-lagi mereka dibuat asyik berjibaku buku-buku yang selalu memancing rasa ingin tahu.  Mereka pun melahap satu persatu buku yang terpajang di hadapan.  Sepertinya mereka ingin merambah semuanya, tapi kelelahan tak tertahankan.  A Azzam mulai mengantuk.  Umah ajak mereka istirahat saja.

Dan ternyata benar, lingkungan sangatlah berpengaruh.  Nuansa senang beribadah yang tersaji di masjid saat itu pun membangkitkan kembali semangat beribadah Teh Ami.  Dia yang paling semangat mengajak segera berwudlu, solat, dan mengaji.
Alhamdulillah, terimakasih ya Alloh...

Selepas shubuh, kami bersiap pulang.  A Azzam protes, kenapa hanya semalam, padahal i'tikaf kan sampai menjelang lebaran.  Rupanya ia sangat menikmati malam itu.  Umah kan ijin ke Abah cuma untuk semalam, dan sekarang harus cepat pulang karena De Azka pasti sudah sangat menunggu.

Lagi-lagi Umah belum tahu bagaimana cara pulang paling cepat dan nyaman pagi itu.  Pakai TMB? Satu informasi mengatakan TMB baru ada jam 9, informasi lain bilang jam 6.  Bismillaah... Umah putuskan pakai TMB di shelter Leuwipanjang.  Tapi sepanjang jalan menuju terminal Leuwipanjang jalanan padat dan lajur khusus TMB digunakan kendaraan-kendaraan luar kota mencari dan menunggu penumpang.  Umah sempat pesimis bisa tiba di rumah dengan segera.  Apalagi di belakang angkot kami yang jalannya ngebut saat itu tidak ada tanda-tanda TMB lewat.  Ah, biarlah...

Tiba di Leuwipanjang, shelter kosong.  Hanya ada seorang berseragam biru sedang membaca surat kabar.  Rupanya petugas shelter.  Umah bertanya kapan TMB tiba, bapak itu bilang tidak tahu.  Umah hanya diminta masuk dan menunggu di dalam shelter.  Baru duduk sebentar, petugas itu menawarkan Umah membeli tiket TMB sekarang.  Umah sempat ragu, sebab kalau memang masih lama, mending naik bis damri yang lewat saja.  Tapi ga pa pa lah, pengalaman baru, kan belum pernah naik TMB.  Umah keluarkan ponsel untuk sms Abah cerita bahwa kini kami sedang berada di shelter menunggu TMB.  Subhaanallaah... belum sempat sms itu dikirim, TMB-nya sudah datang, dan bapak petugas itu meminta Umah dan anak-anak bersiap segera naik.  Uh, cepat sekali! Darimana datangnya...?
Belum terjawab pertanyaan itu, kami duduk di kursi paling depan sebelah pengemudi, seolah memang telah disediakan hanya untuk kami.  Wah.. serunya, menikmati hiruk-pikuk lalu-lintas di jalan terpanjang di kota kembang saat itu, dari balik kaca TMB tanpa penghalang.

Subhaanallaah...subhaanalllaah... tak henti hati Umah bertasbih mendapatkan kejutan demi kejutan itu.

Ketika raga tak berdaya, ketika akal kehabisan tenaga, biarlah hati yang berbicara, biarlah alam yang bekerja, biarlah Allah menunjukkan kuasaNya.  Ikhlaslah...dan lihatlah keajaibannya....

21 Agustus 2011

MARHABAN RAMADHAN

Ramadhan selalu menjadi momen penting dalam upaya introspeksi diri.  Ia selalu menjadi masa berharga bagi sebuah perubahan hidup menjadi lebih bermakna.  Sarana untuk membasuh jiwa yang lusuh oleh hilap dan salah dalam menapaki waktu.  Arena untuk melatih diri agar lebih dapat berdada lapang, berjiwa besar dan berhati bening dalam menyikapi rumitnya kehidupan.

Selamat datang Ramadhan.... 
Semoga kami dapat meniti hari-harimu dengan penuh arti...