Azzam


14 Juli 2011

Bulan Juni lalu A Azzam genap enam tahun, tapi tetap belum mau masuk sekolah.  A Azzam mau sekolah di rumah saja, katanya.  Sebenarnya sih bisa saja, toh selama ini A Azzam juga selalu belajar di rumah.  Sudah pandai membaca dan mengaji Al Qur'an.  Tapi Umah baru dapat saran dari seorang 'pakar pendidikan' bahwa sekolah itu bukan hanya untuk belajar membaca menulis berhitung saja.  Yang lebih penting adalah 'pengalaman bersekolah'-nya itu.  Jadinya Umah dan Abah sepakat memasukkan A Azzam ke sekolah dasar negeri dekat rumah untuk 'belajar sekolah'.
Abah berupaya mengenalkan dunia sekolah dengan sering-sering mengajak A Azzam ikut mengantar-jemput Teh Amy sekolah dan jalan-jalan setiap ahad pagi ke kebun strawbery yang melewati 'calon sekolah'nya.
Alhasil, A Azzam menjadi bersemangat sekali.  Apalagi setelah mendapatkan berbagai perlengkapan sekolah yang Umah siapkan.  Wah...senangnya....tak sabar lagi rasanya pergi ke sekolah....

24 Agustus 2011
Tahun ini adalah Ramadhan pertama bagi A Azzam belajar shaum wajib.  Tapi subhaanallaah... seminggu pertama shaum setengah hari sampai dzuhur, minggu berikutnya sudah bisa shaum seharian hingga maghrib.  Tekadnya: mau shaum terus sampai tamat!!!
Hebat...hebat!!!
Semangat terus ya A...!!!

9 Desember 2011
Pekan ini A Azzam sedang menjalani Ujian Akhir Semester.  Alhamdulillah...beberapa berkas ujian yang telah diterima Umah menampilkan nilai-nilai excellent.  Begitupun hasil Ujian Tengah Semester dua bulan lalu, nyaris sempurna!
Padahal Umah sempat khawatir saat A Azzam 'mogok' mengerjakan beberapa pe-er menulis halus di awal-awal masuk sekolah.  Ketika itu A  Azzam beralasan karena tidak bisa.  Ya, Umah agak memaklumi, sejak di PAUD, tulis-menulis dan warna-mewarnai tampaknya menjadi kegiatan yang paling dihindari A Azzam. Seolah menjadi sebuah beban.
Terus solusinya bagaimana?
Ya sudah, Umah tidak ingin memaksanya untuk menulis.  Sambil terus berpikir mencari cara, Umah tak henti pula mendoakannya.  Walhasil, pada suatu hari A Azzam berseru gembira seraya menunjukkan tulisan bersambungnya di buku orat-oret. "Umah...Umah...Aku bisa!"
Ternyata dia memang bisa.  Tulisannya pun sangat rapi.  Duh senangnya....!
Terimakasih Ya 'Aliim....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar