23 Februari 2011

POHON KELAPA DE AZKA

Pohon kelapa itu tumbuh di seberang sungai kecil di belakang rumah.  Tidak terlalu tinggi.  Pangkal daunnya tepat berada sejajar dengan jendela kamar De Azka di lantai dua.

Sekilas, tak ada yang menarik dari pohon nyiur itu.  Tampaknya, ia tumbuh tak cukup subur dan ‘kurang gizi’.  Bagi pemiliknya pun mungkin tak mengundang perduli apalagi harapan dapat menikmati hasilnya.  Betapa tidak, dalam satu tandan bunga yang menyembul, paling hanya satu atau dua saja yang tumbuh membesar menjadi buah.  Alhasil, pucuk pohonnya rimbun oleh tandan-tandan bunga yang mongering dan yang baru, sementara buahnya tak lebih dari lima buah saja.

Namun demikian, bagi Umah, pohon kelapa itu sangat istimewa.  Pohon kelapa itu sangat membantu Umah sejak kelahiran De Azka hingga memasuki bulan keenam usianya kini.  Ia telah menjadi teman De Azka saat bermain, dan saat tidurnya.

Saat pagi mulai menyingsing, sinar sang surya nan hangat seringkali melukiskan siluet indah helaian daun nyiur itu di dinding kamar. Sang angin yang tak pernah lelah berhembus membuatnya menari dan menyanyi dengan gemerisik suara lembutnya yang khas.  Sangat alami.

De Azka pun dibuatnya bergerak sangat aktif penuh semangat dan bersuara dengan riangnya, seolah mengikuti tarian sang daun kelapa yang meliuk-liuk dihembus angin kencang.  Tetapi saat angin bertiup perlahan, tarian sang nyiur membuai De Azka dalam ketenangan hingga tertidur lelap.

Kehadiran pohon kelapa itu lebih dirasakan Umah sebagai satu bentuk pertolongan Alloh.  Subhanallaah… Betapa tidak, saat Umah repot mengurus rumah dan keperluan kakak-kakaknya, De Azka tetap asyik dengan suasana kamarnya.  Tak pernah rewel minta perhatian lebih layaknya bayi kebanyakan.  Ia hanya menangis saat lapar atau popoknya basah.  Umah sangat bersyukur karenanya.  Alhamdulillaah…

Ternyata bukan hanya menjadi teman bagi De Azka, pohon kelapa itu juga rupanya menjadi rumah dan tempat bermain makhluk Alloh yang lain.  Kala mentari mulai menyinari bumi, Umah kerap ‘memergoki’ dua ekor tupai kecil yang melompat-lompat diantara tandan bunga dan daun.  Sekali waktu A Azzam juga melihat seekor bunglon yang ‘menclok’ di salah satu buahnya yang masih hijau.  Agak sulit bagi Kang Ghaza dan Bang Faiz untuk menemukan bunglon itu karena kelihaiannya menyamar.  Meskipun akhirnya terlihat juga setelah A Azzam dan Teh Amy berlelah payah menunjukkannya.

Namun di satu hari, Umah juga pernah melihat seekor ular yang melingkar pada batang pohon sukun yang berdampingan dengan pohon kelapa itu.  Dan sejak hari itu, Umah tidak pernah lagi membiarkan jendela terbuka karena khawatir ular itu akan masuk kamar diam-diam.  Selain juga karena angin bertiup terlalu kencang akhir-akhir ini.  Kata Abah, itu tandanya perubahan musim.  Tapi itu tak menjadi masalah.  De Azka tetap gembira berteman sang pohon kelapa nan setia…. Allahu Akbar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar