5 Februari 2011

Umah Jangan Meninggal....


Siang itu Umah sedang menulis di ruang baca saat Teh Amy pulang sekolah.  Dikeluarkannya segera tempat pensil dan secarik kertas yang kemudian diberikan kepada Umah.  Kertas itu bertuliskan sebuah nasyid Raihan berjudul Nabi Anak Yatim.  Sementara isi tempat pensilnya ternyata bukan alat tulis, melainkan sebatang coklat dan satu sachet susu kental yang dibungkus selembar kertas yang mungkin ia sobek dari buku tulisnya.  Rupanya jatah snack  istirahat sekolah hari itu tidak dihabiskannya seperti biasa.  Sedangkan kertas itu bertuliskan: 
Umah maafin aku
Aku janji ga bakalan mogok lagi
Aku sayang Umah sekarang
Aku mau ngasih hadiah buat Umah
Aku janji ga bakalan marah lagi sama Umah
Hiks….hiks….hiks….hiks….
Umah jangan meninggal….
Jangan ninggalin aku
Jangan meninggal, Umah
Aku sayang Umah
Betapa sakitnya Umah melahirkan aku
Ini adalah kejutan buat Umah….

Umah menatap wajah Teh Amy dengan senyum penuh haru.  Umah meraihnya, mendekapnya, dan mencium kepalanya, sambil berbisik, “Terimakasih Sayang.  Umah sayang Teh Amy.”  Teh Amy pun tampak berkaca-kaca.
Umah teringat kembali dengan kertas nasyid itu.  O, mungkin ustadz/ustadzahnya di sekolah tadi berkisah tentang kehidupan Rasulullah yang telah menjadi seorang yatim-piatu di usia yang sama dengan Teh Amy sekarang, 7 tahun.   Kisah, cerita, ataupun dongeng memang cukup efektif untuk mengubah perilaku anak.

“Umah, aku mau ini.”  “Umah, aku mau itu.”  Umah tersadarkan oleh suara A Azzam, Kang Ghaza dan Bang Faiz yang mulai ‘ribut’ saat melihat coklat dan susu di meja.
“Iya, iya, tunggu dulu.  Coklatnya kan cuma satu, orangnya ada empat, jadi harus dibagi.  Nih, jadinya tiap orang dapat berapa bagian? Iya, satu perempat bagian…satu perempat, dua perempat, tiga perempat, empat perempat… habis deh.” (nah, masuk deh teori matematikanya, meskipun mereka belum mendapatkannya di sekolah).
“Sekarang mau yang itu, Umah,” Ghaza menunjuk susu yang hanya satu sachet itu.
“Nah, kalau yang ini, makannya masing-masing satu mut mut, seperti tulisan di bungkusnya nih: “susu mut mut”.  Bang Faiz mut mut, A Azzam mut mut, Kang Ghaza mut mut, Teh Amy mut mut, Umah juga mut mut…..”
Dan jadilah siang itu kami bersama menikmati snack dengan riang gembira meskipun sedikit saja.  Umah pun manfaatkan kesempatan itu untuk cerita tentang kematian.  

Bahwa setiap mahluk bernyawa akan mati.  Bahwa setiap manusia akan meninggal.  Tak usah bertanya kapan akan meninggal.  Yang penting adalah mempersiapkan sebanyak-banyaknya bekal.  Bukan bekal makanan, tapi amal kebaikan.  Dengan amal kebaikan kubur kita menjadi terang dan lapang.  Amal kebaikan juga akan menjadi sebaik-baik teman.  Hingga tiba hisab di atas mizan.  Mudah-mudahan di surgalah akhir kita ditempatkan.  Amiin… (Ummu Amany)

To: ustadz/ustadzah SDIT Adzkia, terimakasih ya telah menjadi teman baik Teh Amy di sekolah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar